Wisata kuliner bagi anak kosan Purwokerto sebenarnya nggak asing lagi. Tempat makan murah dan enak pasti jadi incaran. Saya dan adik saya menyambangi 3 destinasi wisata kuliner di Purwokerto. Inilah wisata kuliner di Purwokerto.
Tepat pada Maret 2019 lalu, saya jenuh gara-gara menyelesaikan jurnal. Jurnal atau nama lain dari mini skripsi di kampus, sering bikin writer’s block lantaran bingung mau bahas apa.
Meski masih berbentuk proposal, rasanya ingin liburan cuy. Saya chat adik yang kuliah di Purwokerto. Dan tadaa, ia menganjurkan saya berkeliling sambil wisata kuliner di Purwokerto.
Sebagai anak kosan Purwokerto, adik saya hafal sekali tempat makan murah bagi mahasiswa/i di Purwokerto. Warteg (warung tegal) dan Padang ada di mana-mana, tetapi ada beberapa warung makan favoritnya.
Misalnya saja bakso. Di Bekasi, warung bakso banyak dijual. Sayangnya, tidak semuanya enak dan berkesan. Mungkin karena daerah suburban yang padat penduduk dan luas.
Sementara di kota Purwokerto, berbeda ceritanya. Adik saya lebih mudah menjangkau warung bakso yang enak. Seperti bakso Pekih dan bakso Sami Asih yang berada di tengah kota.
1. Bakso Pekih
Saya mulai dari bakso dulu. Iya sih, bakso itu kan bulat. Tetapi, bulatnya nggak sekedar berisi tepung seperti cilok atau bakso aci kan?
Bakso Pekih membuat saya sadar kalau bakso itu memang seharusnya mengandung daging sapi lebih banyak ketimbang tepung.
Tekstur bola dagingnya padat dan lembut, rasanya seperti ingin melahap semua isi mangkuk. Sementara kuahnya pekat dengan rasa kaldu sapi yang kuat.
Selain bakso, isi mangkuknya ada bihun putih, mi kuning, tetelan, dan lontong. Nah, keunikan bakso Pekih terletak di lontong kupatnya. Karena jarang kan makan bakso pakai lontong?
Biasanya, penikmat bakso hanya melahap daging dan mi saja. Namun lontong menjadi bonus sebagai teman makan bakso di Purwokerto.
Karena tampak berbeda, adik saya pun memperagakan cara makan bakso Pekih dengan lontong kupat. Untungnya, nggak ada tutorial khusus sih. Yang jelas, lontongnya dibuka dulu ya dari janurnya.
Paling enak, lontong ini disiram kuah bakso yang gurih dan nikmat. Kaldu sapinya itu lho, terasa nggak ada obat dah!
Oh iya, mungkin lazim kalau kuah bakso diberi vetsin supaya terasa umami. Di warung bakso Pekih, bisa kok request nggak terlalu banyak vetsin.
Supaya nggak pusing kepala setelah makan daging-dagingan dan lemak, disarankan pesan teh tawar atau jeruk hangat.
Hati-hati juga dengan kolesterolnya. Waspada berat badan naik habis kenyang parah di bakso Pekih Purwokerto.
Baca juga: Memasak Lauk
2. Bakso Sami Asih
Masih tentang per-bakso-an duniawi, adik saya iseng lagi mengajak saya ke warung bakso Sami Asih Purwokerto.
Lokasinya tidak begitu jauh dari pecinan kota Purwokerto. Tapi jangan salah, bakso Sami Asih halal kok, insya Allah.
Dari segi rasa, bakso Sami Asih sedikit berbeda dengan bakso Pekih. Mungkin terletak di kekuatan kaldu sapinya. Tekstur kuahnya sedang dibanding bakso Pekih.
Banyak yang bilang, kalau warung bakso ini terkenal dengan soto Sami Asih. Jadi, kuahnya terasa lebih segar dan ringan di tenggorokan.
Sedangkan bola dagingnya sama padat seperti di bakso Pekih. Tetapi, ukurannya sedikit lebih besar. Jadi kalau dilahap pun, harus dipotong kecil-kecil dulu.
Isi mangkuknya juga standar, yaitu bihun putih (bisa request), mi kuning, dan tetelan. Tetapi tanpa lontong.
Hampir sama seperti warung bakso pada umumnya, pengunjung juga bisa request atau minta dikurangi vetsinnya. Jadi nggak perlu khawatir terlalu gurih kuahnya ya!
Untungnya, bakso Sami Asih buka dari jam 10 pagi. Buat pembaca yang ngidam makan bakso siang-siang, bisa dicoba ini.
Waktu itu, saya dan adik datang ke sana mepet dengan jadwal pulang kereta saya.
Saya anggap, menu bakso Sami Asih ini setara kenyangnya dengan makan nasi Padang. Jadi saya nggak makan siang lagi sampai saya berangkat naik kereta.
Puas makan bakso Pekih dan Sami Asih, saatnya masuk ke menu sarapan pagi. Sarapan enak di Purwokerto waktu itu… di mana ya?
3. Warung Makan Bu Sigit
“Makan enak, harga hemat.”
Khas banget deh sama anak kosan Purwokerto, termasuk adik saya. Juga, saya yang waktu itu masih mahasiswi.
Warung makan Bu Sigit menjadi andalan adik saya saat ingin sarapan enak di Purwokerto dengan menu segar. Warung ini menyediakan menu soto, nasi rames, nasi sop, nasi pecel, dan gado-gado.
Letaknya tidak jauh dari Hotel Aston Purwokerto, ternyata ramai pembeli dari segala kalangan. Mulai dari pekerja sampai pelajar seperti kami berdua.
Wisata kuliner di Purwokerto pagi itu semakin berkesan ketika kami duduk di spotpewe, yakni dekat kipas dan jendela. Nggak khawatir lagi deh dengan nasi yang masih panas dan keringatan.
Saya dan adik pun memesan nasi dan soto kuah kuning. Ditambah gorengan tempe mendoan, teh manis, dan jeruk hangat, rasanya benar-benar seperti “nikmat mana yang Engkau dustakan”.
Walau sederhana, tetapi cukup mengenyangkan. Kuah sotonya terasa ringan dilahap. Gorengan mendoannya kering dan garing. Coba deh siram bulir nasinya ke piring, terasa lembut dan teringat masakan ibu di rumah.
Baca juga: Jelajah Singkat Jogja 2 Hari
Duh, saat itu saya jadi ingin tambah satu piring dengan porsi yang lebih banyak lagi. Tapi, ramai sekali antrenya. Kapan lagi ya bisa sarapan enak di Purwokerto seperti ini?
Mungkin kalau bisa flashback ke masa mahasiswi dulu, bisa kali ya lebih lama hunting makanan enak murah di Purwokerto bareng adik. Siapa tahu kan bisa wisata kuliner lagi sambil sarapan enak?
Pingback: 10 Keuntungan Ngekos Sendiri dan Nyewa Rumah - Nadia K. Putri
Pingback: Hangatnya Soto Bu Sigit Purwokerto, Andalan Sarapan - Nadia K. Putri