Bianglala Kita
Kata ibu, hidup itu seperti roda bianglala.
Suatu ketika, ibu pernah bercerita bahwa jika kita sedang di atas, bolehlah sejenak memandang penampakan indah dan megah. Ciptaan Tuhan tak pernah berbohong. Ciptaan Tuhan mengajarkan manusia agar bisa memahami segala yang diciptakan. Dari ataslah, benda-benda kecil tak kelihatan. Hal-hal buruk tak sampai tersingkap.
Bertahun-tahun kemudian, roda bianglala berputar ke bawah. Kehidupan dimulai dari bawah. Bukannya seperti gerakan underground yang memulai segalanya dari masyarakat kelas bawah. Bukan. Melainkan, kehidupan dimulai dari nol. Apa-apa yang sudah diraih, kenikmatan yang sudah didapat, dan segala kuasa yang hanya bisa dicapai manusia, terpaksa diambil bagi yang berhak. Kehidupan dimulai dari bawah, dimulai dari nol. Dimulai kembali seperti mereset komputer berkecepatan tinggi yang hang. Dimulai kembali dari nol untuk menghindari puncak jenuh. Di kala jenuh itulah segala aktivitas berjalan lambat dan melenakan.
Kehidupan dimulai dari nol. Diawali dari kegagalan-kegagalan. Disambut keterpurukan. Ditampar realita. Selalu terngiang di telinga, manusia bisa berpikir jernih dan tenang jika sudah memenuhi kebutuhan dengan perut dalam keadaan kenyang. Sudah berkali-kali kubaca kutipan itu. Sampai pada akhirnya, aku mengalah untuk memahaminya.
Roda bianglala kemudian naik kembali. Dari atas, disuguhkan lagi pemandangan indah nan mengesankan. Roda bianglala itu terus berputar. Jika di wahana permainan, ia dipasok oleh energi listrik. Jika di dunia nyata, ia dipasok oleh Tuhan dan diri.
Roda bianglala terus berputar, sampai waktu yang telah ditentukan.
—
—
Tulisan ini adalah bentuk kontribusi dalam Challenge Post Komunitas Nulisyuk Angkatan 6.
Tema hari ke-8: Bianglala
Hashtags:
#Survivalbatch6
#keepalive
#PnFB_2
#nulisyukbatch6
#day8
#Bianglala
Anda berminat bergabung di komunitas Nulisyuk? Yuk mari kunjungi Instagramnya di @nulisyuk
Selamat menulis! 🙂