Penumpang memotret pemandangan Pulau Halmahera dari pesawat. Penumpang mengaktifkan mode pesawat tanpa mengganggu sinyal navigasi. (Foto: Nadia K. Putri) |
Tiba di Ternate itu seperti bernostalgia. Adik saya pernah di lahir kota Gunung Gamalama itu. Dari dalam pesawat, ia sibuk memotret penampakan pulau dengan kamera gawai pintarnya. Mungin saja akan dibagikan ke Instagram stories.
Tapi, ia datang ke kota itu tidaklah tiba-tiba. Butuh persiapan. Apalagi terdapat perbedaan waktu dua jam antara kota Bekasi dan Ternate. Bisa aja ia mengalami jetlag.
Beruntungnya, ia memulai perjalanan dari kota Makassar. Jadi agak menghemat biaya tiket pesawat dibanding terbang langsung ke Ternate. Jarak tempuh lebih singkat meski ada perbedaan waktu satu jam.
Kalau dipikir-pikir, Indonesia itu, indahnya dari ujung ke ujung. Luasnya luar biasa, sehingga butuh transportasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah dalam waktu cepat. Salah satunya pesawat.
Kalau cerita tentang pesawat, akhir-akhir ini sedang ramai harga tiket pesawat. Di berita, sejumlah warga di Aceh dan Medan membuat paspor demi terbang ke ibu kota negara. Bahkan jika ingin berlibur ke pulau eksotis kelas internasional seperti Bali dan Lombok saja, tetaplah butuh paspor ketika transit demi menekan harga tiket yang melambung.
Terlebih, jika mudik tiba. Beruntunglah penduduk di Pulau Jawa yang kaya akan opsi transportasi. Semua berjubel pergi mudik melalui kendaraan masing-masing dengan penuh jiwa rindu dan tulus. Bagaimana dengan penduduk pulau lain?
Akankah sama kisahnya sambil mengabdikan momen dari dalam jendela pesawat? Sembari berjaga, tetap mengaktifkan mode pesawat tanpa peduli gawai pintarnya butuh istirahat.
saya jg suka lihat pemandangan kepulauan indonesi kalau naik pesawat dr jendela
Saya paling tidak bisa melewatkan pemandangan dari jendela pesawat setiap kali terbang.