Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Potret jembatan-jembatan atau skybridge di area Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, DKI Jakarta (22 September 2020). Jembatan tersebut digunakan pejalan kaki untuk mengakses Pasar Tanah Abang Blok F dan Blok G, Museum Tekstil, Halte Transjakarta, Stasiun Tanah Abang, dan Jalan Jatibaru Raya. (Foto: Nadia K. Putri)

Kisah Pak Ojek Hari Ini 6: Sepi Penumpang

cerita ojek online

Apa cerita ojol hari ini? Saya bertemu Pak F yang mengantar saya dari kantor ke Stasiun Tanah Abang. Yuk simak selengkapnya cerita ojol hari ini.

Pandemi Covid-19 membuat bapak berinisial F, supir ojek online (ojol) tidak menyerah ambil orderan. Perjalanan dimulai dari salah satu gedung di kawasan Jakarta Barat menuju Stasiun Tanah Abang pada Selasa, 22 September 2020.

“Mbak Nadia ya?” tanya Pak F usai mengerem motor.

“Iya betul pak. Boleh tolong taruh tasnya di depan pak?” pinta saya sambil menyerahkan tas tenteng kecil ke gantungan di bagian depan jok motor. Lalu saya kenakan helmnya.

Setelah beres, saya keluarkan ponsel untuk memotret jalanan. Seperti biasa, saya tidak ingin kehilangan momen mumpung sempat keluar rumah untuk tujuan jelas, yakni ke kantor. Tiba-tiba, Pak F membuka percakapan.

“Mbaknya emang kerja di sana ya?”

Saya ragu, sebenarnya tidak juga karena kerja kontrak. Sepertinya pertanyaan beliau punya arti: ‘mbaknya kerja full time ya?’ Akhirnya, saya jawab iya untuk melanjutkan percakapan biar beliau tidak menunggu.

“Oh gitu ya mbak. Saya jarang loh dapet orderan dari gedung itu. Paling gedung lain mbak.”

“Oh gitu ya pak. Kok bisa pak?” tanya saya.

“Ya jarang aja mbak. Udah gitu tadi kayak nggak keliatan ada orangnya mbak. Sepi. Apalagi pas (pandemi virus) corona gini. Gerbangnya dikunci kan tadi saya liat.”

“Iya pak, padahal mah ada yang masih ngantor pak. Cuma nggak keliatan aja.”

Dari penglihatan beliau, gedung kantor yang jadi tempat titik temu itu terlihat tidak ada aktivitas. Gerbang tertutup dan dijaga satpam. Untungnya saya tidak kaget dengan pernyataan beliau, karena sudah dapat pesan dari rekan kantor yang dapat shift beberapa waktu lalu.

Suasana sudut ruangan kerja yang sepi akibat pembatasan sosial di tempat kerja, Slipi, Jakarta Barat, DKI Jakarta (22 September 2020). Adanya pembatasan sosial ini berimbas pada jumlah karyawan yang datang berdasarkan shift dan memberlakukan bekerja dari rumah (work from home; WFH) untuk departemen tertentu. (Foto: Nadia K. Putri)
Suasana sudut ruangan kerja yang sepi akibat pembatasan sosial di tempat kerja, Slipi, Jakarta Barat, DKI Jakarta (22 September 2020). Adanya pembatasan sosial ini berimbas pada jumlah karyawan yang datang berdasarkan shift dan memberlakukan bekerja dari rumah (work from home; WFH) untuk departemen tertentu. (Foto: Nadia K. Putri)

Suasana kantor juga nampak sepi saat saya beranjak pulang. Jam pulang karyawan diperpendek hingga pukul 16.30 WIB. Selain itu, jumlah orang dalam ruangan pun dibatasi untuk mengurangi risiko penularan. Pak F kembali melanjutkan ceritanya.

“Saya juga hari ini juga sepi orderan mbak. Nggak banyak, paling cuma dua atau tiga orang aja. Malah pas corona gini, kebanyakan saya dapet orderan delivery makanan ketimbang penumpang.”

“Waduh pak, berarti kalo sekarang gimana pak?”

“Baru hari ini doang yang dapet penumpang. Apalagi pas PSBB, aduh pusing deh. Kan dilarang bawa penumpang tuh. Yaudah deh saya nunggu-nunggu orderan makanan kayak Go-Food atau Grab Food. Kalo anter barang kayak Go-Send, jarang mbak. Jauh juga.”

“Iya ya pak, pas PSBB juga nggak bisa kemana-mana. Sayanya juga di rumah aja.”

“Bener mbak. Tapi ya nunggu di rumah juga nggak dapet penghasilan. Yaudah saya beraniin aja keluar. Eh dapet, Go-Food.”

“Alhamdulillah ya pak.”

“Sekarang lanjut narik lagi mbak gara-gara udah new normal.”

Baca juga: Kisah Pak Ojek Hari Ini 5

Percakapan kami sempat jeda agak lama. Beliau kembali fokus mengemudi dan saya melihat-lihat sekitar. Siapa tahu saat itu hari terakhir pergi keluar dengan serius dan naik kendaraan umum.

Potret jembatan-jembatan atau skybridge di area Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, DKI Jakarta (22 September 2020). Jembatan tersebut digunakan pejalan kaki untuk mengakses Pasar Tanah Abang Blok F dan Blok G, Museum Tekstil, Halte Transjakarta, Stasiun Tanah Abang, dan Jalan Jatibaru Raya. (Foto: Nadia K. Putri)
Potret jembatan-jembatan atau skybridge di area Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, DKI Jakarta (22 September 2020). Jembatan tersebut digunakan pejalan kaki untuk mengakses Pasar Tanah Abang Blok F dan Blok G, Museum Tekstil, Halte Transjakarta, Stasiun Tanah Abang, dan Jalan Jatibaru Raya. (Foto: Nadia K. Putri)

Saya potret jembatan dekat Stasiun Tanah Abang. Itu tanda hampir sampai di stasiun transit di ibu kota. Sejak pagi tiba di stasiun, penumpang tidak ada habisnya. Saat pulang pun juga begitu.

Meski tetap ramai, pihak pengelola Stasiun Tanah Abang juga ikut membatasi jam keluar-masuk penumpang. Tepatnya di pintu selatan, pintu ini ditutup sampai pukul 14.00 WIB. Sehingga penumpang yang masuk dari arah Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) dialihkan ke Hall Utara Stasiun Tanah Abang.

Saya turun di Halte Transjakarta yang dekat dengan Hall Utara. Saya amati lagi ke sekitar pedestrian, sejumlah pedagang kaki lima menggelar lapaknya. Memang sudah new normal tapi masih sepi. Sepi pembeli.

Bagaimana dengan Pak F?

Setidaknya saya jadi belajar dari cerita ojol hari ini, bahwa pandemi memang bikin semua orang kelimpungan. Namun harus tetap kreatif cari cara agar bertahan.

Sumber pendukung:

  • Jakarta Tak Juga Lockdown, KRL di Tanah Abang Masih Ramai Penumpang. Kumparan (2020).
  • Menjajal Akses Skybridge Tanah Abang dari Stasiun. Kompas.com (2018)
  • Penumpang Tak Tertib, Pintu Selatan Stasiun Tanah Abang Ditutup. Tirto.id (2020).

6 Comments on “Kisah Pak Ojek Hari Ini 6: Sepi Penumpang”

  1. Karna diam dan pasrah tidak akan menghasilkan apa-apa

    “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya”

  2. Semua merasakan dampaknya, Mbak.. Semoga kita akin kreatif dan bisa bertahan. Alih-alih menyalahkan keadaan, sebaiknya kita bersyukur karena masih diberikan kesehatan, bersabar dengan takdir yang Allah tetapkan. Begitupun dengan saya hehe :D. Apakabr mbak Nadia ?

    • Setuju sama mbak Husnul, semoga kita makin kreatif dan bertahan ya mbak. Sambil bersyukur juga. Alhamdulillah baik mbak, mbak Husnul gimana? Semoga sehat-sehat yaa

  3. Pingback: Kisah Pak Ojek Hari Ini 6: Sepi Penumpang – Blogger Perempuan

  4. Bener, dengan adanya pandemi udah banyak banget aku liat kejadian efek dampak yang sangat menusuk hati, banyak yang di out dari pekerjaannya padahal kebutuhan banyak dll, ya intinya pandemi gini cuma bisa bertahan hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *