Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Naik Kereta ke Ngawi

foto
travel

Naik kereta ke Ngawi November lalu menjadi hadiah ulang tahunku di tahun 2022. Merayakannya? Solo travelling. Emangnya berani? 

Selanjutnya: Naik Kereta ke Ngawi

Ini kisahku mencoba solo travelling ke sekian kalinya saat masa COVID-19. Kalau dibilang masih di masa pandemi, sih nggak juga ya. Karena perlahan orang-orang mulai longgar protokol kesehatannya, pun aturan perjalanannya balik normal. Ah senangnya! 

Ke Stasiun Ngawi jadi tujuan transit

Menumpangi kereta api Matarmaja (KA Matarmaja), aku berangkat dari Stasiun Senen, Jakarta Pusat, menuju Stasiun Ngawi di Kecamatan Ngawi, Jawa Timur. Jarak tempuh waktu itu sekitar 10 jam 52 menit atau sekitar 11 jam perjalanan. 

Selama perjalanan, aku banyak merekam aktivitas penumpang dalam gerbong kereta. Mulai dari penumpang yang curious atau antusias melihat pemandangan laut, sampai ke suasana Stasiun Ngawi yang sepi di jam 9 malam. 

Nah, Stasiun Ngawi menjadi tujuan transit, karena KA Matarmaja berakhir di Stasiun Malang. Makanya aku bela-belain melek supaya tidak kebablasan. 

Naik kereta ke Ngawi agak berbeda karena…

1. Berangkat kehujanan

Paling epik adalah ketika telat berangkat dari rumah. Sampai Stasiun Jatinegara, malah kereta ke Stasiun Senen nggak datang-datang dong. Kan panik. 

Dalam kondisi cuaca yang sedikit gerimis, aku pun nekat ke Stasiun Senen dengan ojek pangkalan. Harganya mahal dan ku minta agar bapaknya ngebut ke stasiun tersebut. 

Ku lihat jam, sudah jam 9 pagi dan hanya 50 menit lagi menuju pukul 10. Amit-amit di jalan terjadi apa-apa, dan aku mepet sampai Stasiun Senen. Jadi… aku memaksakan diri dan meminta tolong bapaknya menerobos hujan deras. 

Untungnya, tas carrier-ku sudah terlindungi jas hujan, dan aku mengenakan jaket. Sialnya, aku tidak mengenakan jas hujan. Jadilah aku basah kuyup sampai Stasiun Jatinegara. Walau keberangkatan masih pukul 10.20, rasanya aku cukup terlambat karena mesti beli makan siang dan malam beserta camilannya. Semua serba terburu-buru. 

2. Kedinginan dan menggigil

Gara-gara kehujanan, aku mesti menanggung rasanya menggigil di kereta. Menurutku, sudah agak tidak memungkinkan untuk ganti baju. Palingan sih pas keretanya jalan dan mampir di stasiun tertentu, baru deh. 

Aku menahan rasa dingin sambil laptopan. Bekerja juga tetap jalan :’) Rasanya tidak nyaman juga karena sepatu basah. Perut kembung, masuk angin, aduh semua deh.

Stasiun Ngawi masih jauh, untungnya…

3. Banyak yang kulihat selama perjalanan

Yap! Banyak yang kulihat selama perjalanan. Aku juga coba banyak jalan dan ngemil di gerbong restorasi supaya tetap hangat. 

Ku notice atau memperhatikan nama stasiun di Indramayu, yakni Stasiun Terisi. Aku jadi langsung teringat gelas “terisi penuh”. Khususnya, untuk seseorang yang terlalu banyak mengalami kejadian dalam hidup, merasa penat, dan ingin bersantai sedikit dengan mengosongkan gelasnya. 

Potret Stasiun Terisi, Indramayu, Jawa Barat (17/11/22). Foto: Nadia K. Putri/nadiakhadijah.com

4. Notice KA Matarmaja lewati jalur pinggir pantai utara Jawa Tengah

Ada seorang bapak yang duduk di depanku. Beliau antusias sekali melihat pemandangan laut. Saat itu, KA Matarmaja melintasi jalur dekat pelabuhan di Jawa Tengah. Daerah ini masih satu Kawasan Industri Terpadu Batang. 

Seorang penumpang memandangi laut utara Jawa, Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah (17/11/22). Foto: Nadia K. Putri/nadiakhadijah.com

Dari yang announcer yang kudengar, jalur pelabuhan termasuk jalur yang melintas persis di tepi pantai. Nah, Stasiun Plabuan adalah salah satu stasiun kereta api yang letaknya persis di pinggir pantai. Termasuk satu-satunya di Indonesia, whoa I just know this today.

5. Gercep tangkap light & shadow di Stasiun Tawang

Perjalanan jauh dan membuatku masuk angin ini ternyata nggak menghentikanku. Aku tetap gercep menangkap momen-momen cepat, salah satunya light & shadow di Stasiun Tawang. 

Potret light & shadow Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah (17/11/22). Foto: Nadia K. Putri/nadiakhadijah.com

Waktu itu cuaca sedang mendung, jadi ketika aku potret dari dalam gerbong, ya gelap seperti begitu adanya. Baru hari ini kucek kembali fotonya, apakah ini foto di malam hari? Bukan, ternyata di jam setengah 6 sore. 

Karena nggak ingin ketinggalan, langsung saja aku potret momen itu. 

Baca juga: “Nggak Ada Hantu di Lawang Sewu” – Flashback Trip 2020

Enam jam perjalanan, akhirnya sampai Stasiun Ngawi

Suasana Stasiun Ngawi di malam hari, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (17/11/22). Foto: Nadia K. Putri/nadiakhadijah.com

Barulah sampai di Stasiun Ngawi, aku cek jam, ternyata sudah pukul 21.20-an. Agak telat sedikit. Tapi nggak masalah, yang penting sampai dengan selamat dan baju pun kering hahaha. 

Aku pun mengabari teman-teman yang juga berangkat ke Ngawi hari itu. Kalau bukan karena acara Jajal Wae Trip 4 Career Class, aku nggak bakal nekat coba solo travelling ke Ngawi.

Jalan jauh 11 jam, naik kereta sendirian, baru sampai Ngawi lalu ketemuan bareng temen-temen

Overall review KA Matarmaja

Karena ini pengalaman pertama naik kereta jarak jauh, KA Matarmaja cukup lah dijadikan opsi. 

Dari segi kursi, tegak ya gaes hahaha. Sebelas jam duduk tegak dan dalam satu baris kursi itu muat dua atau tiga orang. Untung-untung hadap-hadapan tiga orang. Kalau empat orang sih, wassalam aja. 

Dari segi makanan sih standar ya. Waktu itu aku ke gerbong restorasi dalam keadaan kedinginan dan kelaparan, so, semua makanan dan minuman terasa enak. Pembayaran bisa melalui QRIS atau non-tunai. Jadi tidak perlu khawatir. 

Oh iya, untuk pemesanan tiket bisa melalui aplikasi OTA (online travel agency) atau aplikasi KAI Access. Kamu juga bisa cek harga tiket kereta ke Ngawi di sini.  

Yuk naik kereta ke Ngawi! 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *