Perempuan dan Ilmu
Perempuan yang berilmu memiliki dua kemungkinan.
Pertama, ia bersyukur bahwa pendidikan adalah nikmat terbesar untuk memahami ciptaan Tuhan beserta dinamikanya.
Kedua, ia malah angkuh dengan ilmu yang dimiliki. Dan, mencari pembenaran-pembenaran semu untuk memuaskan benaknya.
—-
Awalnya, saya tidak sengaja menemukan suatu pos artikel di beranda akun LINE. Artikel ini bercerita tentang komentar dan kritik tajam dari perempuan terhadap orang-orang yang mendiskreditkan perempuan berpendidikan tinggi.
Kalau diingat-ingat sih, beberapa waktu terakhir ini sedang “panas” isu pendidikan untuk perempuan. Satu hal yang saya ingat adalah, bila sudah mengedukasi perempuan, maka negara akan maju. Dan partisipasi perempuan dalam pendidikan betul-betul dibutuhkan untuk mendidik generasi berikutnya. Seperti biasa, mengingatkan generasi berikutnya tentang suatu hal luar biasa di masa depan. Tentu, para perempuan ini butuh ilmu yang valid, kredibel, dan objektif. Bukan sekedar gosip.
Ya ampun, orang yang kayak gitu didiemin aja mbak. Kan udah jelas-jelas "sesat". Ga perlu dipermasalahkan. Diisolasi aja, nanti orang-orang seperti itu bakal mikir lagi.
Perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, makin tinggi ilmu makin baik perempuan tersebut menjadi pembimbing. Saya bilang ilmu, bukan pendidikan, karena pendidikan tinggi belum pasti berilmu (bijaksana masuk dalam kategori berilmu ya), ada yang kuliah hanya untuk gelar.
Namun kadangkala di lapangan ada yang efek samping memang, ada wanita berpendidikan yang kebilnger dan sombong, akhirnya karena merasa mampu, tidak takut merusak hubungan dan ini bukan karena apa, karena ilmunya berarti gak full, dan kita perlu bijak menyikapinya, dari diri sendiri dulu kita harus waspada, tapi ilmu harus jalan terus.
Hanya numpang pendapat, salam kenal.