Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Puisi Maafkan Kami, Guru

Kami tahu…
darah remaja adalah darah yang mengandung api yang membara

Kami tahu,
kami masih remaja berumur belasan tahun
kami juga manusia,
yang penuh kesalahan dan dosa-dosa

Kami tahu,
pemikiran kami belumlah matang
kami hanya bisa berpikir pendek
bertindak dulu baru berpikir

Kami juga tahu,
pada hari ini kami wajib menanggung dosa sendiri
termasuk kepada manusia pun,
kami juga tetap harus menghormati mereka

Namun,
inilah kami
remaja
bertindak sebelum berpikir
“ada juga sih, yang mikir dulu…. tapi kelamaan,
akhirnya gini deh, kena hantam sama guru”
beginikah remaja dari dulu sampai sekarang?

Setelah diberi nasihat,
kami langsung menyalami mereka,
para pendidik kami yang terhormat
ke ruang guru, minta maaf

Apa reaksinya?
“kalian terlalu cepat untuk memutuskan minta maaf pada saya
sana duduk dan renungkan dulu!!
pergi!!!”
katanya sambil mengusir.
benarkah cara kami?
untuk meminta maaf kepada bapak/ibu guru
dalam tempo setelah dinasihati?

Terlalu cepat kami merenungkan itu
kami juga terlalu tergesa-gesa
kami takut,
ini akan terjadi lagi….
hanya demi solidaritas teman; kebebasan;
biasanya dialami kami sendiri

Kami,
benar-benar khilaf
siapapun kami
kami adalah siswa-siswi,
yang tidak dipandang bulu; kaya-miskin; pintar-bodoh,
(mungkin) tidak mudah bagi kami untuk berkata
“cuek aja lagi….”
amat berdosa kami berkata seperti itu…

Kami, benar-benar minta maaf
untuk kalian dan semua pihak
sekolah kami tercinta
bapak/ibu guru, dan semuanya….
kami sungguh telah merepotkan kalian….

maafkan kami

3 Comments on “Puisi Maafkan Kami, Guru”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *