Setahun Lalu di Bantimurung
Foto oleh Yuni A. Putri.
Setahun lalu di Bantimurung, Maros, aku bertemu dengan kupu-kupu yang bebas berkeliaran di habitatnya. Mulai dari spesies langka hingga yang sering kujumpa, mereka punya pilihan atas kebebasan mereka sendiri: terbang sesuai arah dan tujuan.
Berbicara tentang arah dan tujuan, kadang kala manusia seperti aku dan pengunjung lainnya, sering memberikan definisi tersendiri yang mungkin saja, tidak kelihatan rasional di mata kupu-kupu. Bayangkan saja, jika kupu-kupu punya insting akan ada suatu tempat melimpahnya sumber pangan, maka mereka langsung menuju ke sana tanpa basa-basi lagi. Walaupun di antara mereka ada yang sempat diburu manusia, mati karena kelelahan, atau tertiup angin kencang gara-gara sayap yang rapuh.
Di sini, aku bukan berandai-andai untuk hidup sebagai kupu-kupu di taman konservasi di Bantimurung tersebut. Kupu-kupu ini bebas dalam artian semu. Mereka kembali pada habitat yang telah diatur sedemikian rupa oleh manusia.
Demi melanggengkan kebebasan kupu-kupu dan juga … melatih insting berburu dan menentukan tujuan. Manusia seperti ahli konservator, memang berperan penting. Di satu sisi melindungi kupu-kupu, di satu sisi juga memanjakan mereka.
Aku pun jadi teringat pada seorang pejalan yang hidup di habitat yang diatur sedemikian rupa. Kemudian hidupnya ditata oleh seseorang seperti ahli konservator. Setelah insting, kemampuan, dan daya cakapnya terlatih, ia pun keluar ke rimba dunia untuk berburu sumber kehidupan. Seorang pejalan ini layaknya kumpulan kupu-kupu yang terbang dan kujumpai di taman konservasi.
Setahun lalu di Bantimurung, Maros, taman konservasi kupu-kupu itu menjelma menjadi surga bagi pejalan sepertiku. Bagi para pelancong yang mengagumi kebebasan dan kesegaran hidup, sudah pasti merindukan ketenangan di antara riuhnya waktu berburu sumber kehidupan. Beruntung, kupu-kupu yang kutemui semakin banyak. Kuharap, kupu-kupu itu tumbuh membesar dan menjadi raksasa di taman konservasi itu.
Dan bisa melawan para manusia pemburu yang menjadikannya sebagai pajangan insekta awetan di ruang tamu.
Seperti seorang pejalan yang ikut membesar dan meraksasa pula, kemudian bisa menguasai lingkungannya tanpa harus merusak kehidupan orang lain.
Tentang arah dan tujuan, baik kupu-kupu dan pejalan sudah menentukannya. Ahli konservator atau orang yang Anda anggap ahli, hanyalah menyarankan. Mereka bukan tuhan atas diri orang lain. Anda sendirilah tuhan atas diri Anda sendiri. Sudah sering kulihat betapa banyaknya pemuda-pemudi yang terkekang karena tak mampu menentukan arah dan tujuan. Sudah kuamati betapa seringnya mereka mengeluh atas kehidupan mapan nan kering.
Kini sudah cukup. Uruslah diri sendiri dan selesaikan. Tidak semua orang mau dan bersedia menjadi kupu-kupu dan seorang pejalan. Sekali urusan diri selesai, barulah mengurus hal rumit yang berkaitan dengan urusan-urusan besar.
**
Tulisan ini adalah bentuk kontribusi dalam Challenge Post Komunitas Nulisyuk Angkatan 6.
Tema hari ke-1: This is Me!
Hashtags:
#Survivalbatch6
#keepalive
#PnFB_2
#nulisyukbatch6
#day1
#ThisIsMe!
Anda berminat bergabung di komunitas Nulisyuk? Yuk mari kunjungi Instagramnya di @nulisyuk
Selamat menulis! 🙂