Kota Cirebon, ibukota kabupaten yang terletak di ujung Provinsi Jawa Barat ini menyimpan kisah dan keunikan tersendiri ketika saya kunjungi. Kota yang masih kental dengan sebutan kota keraton ini, rupanya gudang berlimpah untuk melakukan fotografi jalanan atau street photography Kota Cirebon.
Tepatnya di kawasan Pecinan dan Pasar Kanoman, saya dan ayah akhirnya berkeliling di daerah tersebut setelah mengunjungi Setu Patok, Taman Sari Goa Sunyaragi, dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Lalu kembali lagi ke kota demi memanfaatkan waktu yang tinggal 2-3 jam lagi. Kami pun berinisiatif untuk berkeliling sekitar pasar. Banyak hal yang saya temukan dan tidak disangka ternyata momen itu hanya sekelebat saja. Tidak disangka juga bisa dijadikan objek fotografi jalanan Kota Cirebon. Misalnya:
1. Rambu dilarang parkir
Sudah biasa jika rambu-rambu hadir di setiap sudut jalan. Tujuannya, agar pengendara tetap tertib berlalu lintas, sesuai etika juga tentunya. Namun, ada hal lucu di luar sana yang sering terabaikan.
Entah karena terpepet, lupa, atau masa bodoh dengan papan rambu yang tegas menyampaikan pesan.
2. Dinding bercat kuning
Sebenarnya, dinding bercat kuning ini bukan yang istimewa-istimewa amat. Dan ini pun bukan dinding, lebih tepatnya pintu besi yang menutupi ruko, lalu dicat kuning. Namun karena berada di ruang publik, si pintu ini dicoret piloks hitam. Lalu, melintaslah seorang pejalan kaki~
3. Pedagang kaki lima
Di mana-mana, wajar jika pedagang kaki lima bersiap-siap untuk menggelar tenda dan dagangannya. Mereka akan memasang bilah-bilah kayu, lampu, mendorong gerobak, dan perintilan lainnya. Karena kejadiannya begitu cepat, ada pedagang yang sedang mencuci sesuatu dan ada yang sedang mengambil sesuatu. Tidak begitu jelas, tapi ada “sesuatu” di sana.
Baca juga: Jelajah Singkat Jogja 2 Hari
4. Pengendara motor
Pengendara motor yang baik adalah yang mengenakan helm. Tidak mengenakan jaket juga tak apa. Namun yang saya temui tidak keduanya. Hal yang unik adalah rangkaian kata-kata dalam baju kausnya. Menyentil saja. Bagaimana menurutmu?
5. Anak memeluk ibu
Tampaknya sang ibu tenggelam di badan anaknya ya? Duh!
6. Jalan dipenuhi plang merek
Begitulah kota, sisi pasar dan ruko selalu lekat dengan plang merek apa pun yang bisa dijual di Indonesia.
Ah sebetulnya sih banyak yang terlewatkan. Sayang sekali, rasanya ingin diulang kembali agar tidak menyesal gara-gara pengaturan manual lensa kamera. Waktu yang berjalan, memaksa saya terus merekam momen banal jalanan yang estetis dan spontan.
Puas memburu objek spontan di jalanan sekitar Pecinan dan Pasar Kanoman, rasanya kok ingin mencicipi Nasi Jamblang Bu Nur ya. Kalau menurut ulasan di Google, Nasi Jamblang Bu Nur cukup terkenal di Kota Cirebon. Bahkan menjadi bucket list pelancong dan pencicip kuliner.
Saya ketik namanya di Google Maps sambil mengarahkan ayah. Namun ketika sampai, ternyata masih tutup saudara-saudara. Sayang sekali, padahal sudah menyusuri jalan agak jauh. Agar tak sia-sia, kami mampir sebentar di sebuah toko yang menjual oleh-oleh.
Saat masih sibuk mengutak-atik Google Maps, ayah justru mengegas motor dan berkeliling lagi. Seolah-olah ngerti jalan begitu, tapi siapa tahu kan ketemu warung nasi jamblang? Tidak sengaja, eh akhirnya dapat juga! Tepatnya di pinggir jalan depan swalayan Fresh Mart bernama “Nasi Jamblang Berkah”.
Warung “Nasi Jamblang Berkah” buka sore hari dengan sediaan lauk masih anget-anget. Sedangkan ayah menghabiskan wingko babat khas Cirebon yang dibeli di toko oleh-oleh tadi. Perjalanan kami tutup dengan singgah di stasiun akhir, Stasiun Cirebon.
Kalau dipikir-pikir, perjalanan singkat ini tidak akan terjadi tanpa memesan tiket kereta api lebih awal di Pegipegi. Karena kalau mepet, harga tiket kereta api bakal melambung dan belum tentu dapat jadwal kereta api yang pas. Idealnya begitu.
Namun fitur pencarian tiket kereta api tidak semua menyediakan informasi kereta lokal. Misalnya kereta api Rangkasbitung, dan Merak, Banten. Sebelumnya, saya dan ayah hendak berencana pergi ke sana. Namun sayangnya, hasil pencarian tiket tidak tersedia.
Untungnya, kami terpikir untuk pergi ke beberapa opsi kota, misalnya Cirebon, Tegal, dan Bandung. Pilihan akhirnya jatuh ke kota Cirebon karena waktu tempuh cepat (hanya 2 jam lebih) dan mudah untuk pesan tiket pulang-pergi di Pegipegi.
Fitur pencarian kereta api cukup mumpuni meski harus “cepat-cepatan” dengan penumpang lain. Belum lagi kalau mepet pesan tiket kereta api, persiapan ini itu juga berantakan bukan?
Karena itu, saya dan ayah mengandalkan aplikasi daring Pegipegi untuk beli tiket kereta api. Di sana, kita juga bisa cek jadwal tiket kereta sesuai dengan kebutuhan. Pesan tiket kereta api online tanpa ribet, tanpa panik rebutan kursi.
Akhirnya bisa bernapas lega usai jelajah fotografi jalanan Kota Cirebon!
Halo mbak ini saya yang dari Gariswarnafoto, di Linkedin juga hehehe. Salam kenal ya. Wah lumayan rajin hunting ya mbak ini
Halo mas Zaki! Salam kenal yaa. Kebetulan banget mas ini huntingnya hehe. Terima kasih sudah berkunjung ya 🙂
Wah seru ya mba huntingnya
Blognya menarik mbk, kereeeennnn
Suka motret juga nih?
Iya kebetulan suka hehe. Terima kasih yaaa 🙂
Pingback: Street Photography Cirebon di Goa Sunyaragi, Yuk Coba! - Nadia K. Putri
Hunting foto di pinggir jalan juga bisa jadi kece yah.
Iya mbak Muna, kebanyakan karena faktor hoki dan cuacanya bagus.
Pingback: Menepis Ragu Sebelum Wabah COVID-19 - Nadia K. Putri