Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Tetap Semangat Berhijab, Jangan Kasih Kendor!

Mengenakan hijab bagi perempuan muslim atau muslimah di Indonesia, sudah tidak asing lagi. Kini, muslimah Indonesia kian giat meramaikan hijab. Berbeda pada 20-30 tahun lalu, hijab masih begitu asing. Bahkan dilarang pemerintah karena dianggap mengikuti aliran eksrim atau merujuk pada aktivitas radikal.
Namun, sesungguhnya bukan itu yang terjadi.

Hirup udara segar dengan bebas. Demikianlah pada hijab. 
[Photo by Aditya Hermawan on Unsplash]
Hijab hadir sebagai identitas yang kuat. Hijab mengandung solidaritas dan menjangkau masyarakat global. Hijab mampu menambah rasa percaya diri bagi muslimah. Tak naif, hijab juga turut mendukung kenaikan taraf hidup masyarakat yang menekuni UMKM atau UKM. Hijab pun menjadi bagian perdagangan atau komoditi yang laris manis bak teh manis di warung tegal dan restoran. Siapa yang berani melawan hijab?
Siapa sing berani? [Foto: Catplane].

Baca juga: No Hijab Day

Tak disangka-sangka, hijab adalah sebuah anugerah terbesar dari Allah SWT. Sungguh beruntung bagi para muslimah berhijab maupun pelaku transaksi dagang di dalamnya. Pun bagi perempuan yang baru mulai mengenakan hijab, juga yang sedang istikamah. Semoga keberkahan selalu datang ya!
Industri fashion hijab SKIN oleh Habiba Da Silva [Foto: Habiba Da Silva]
Ketika mulai berhijab, awalnya ada rasa ragu. Apalagi kalau dipaksa oleh pihak tertentu seperti orang tua atau sekolah. Saat itu, saya masuk kelas 4 SD di sebuah SD Negeri di Kutacane, Aceh Tenggara. Heran, mengapa harus dipaksa sekolah untuk mengenakan hijab? Padahal bukan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau pesantren. Usut punya usut, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah provinsi istimewa yang menerapkan peraturan bernuansa syariat. Maka, seluruh institusi—termasuk pendidikan – diwajibkan menggunakan hijab. Terlepas, individu yang mengenakan akan lepas-pasang setelah pulang dan berangkat sekolah.
Mulai berhijab. Awalnya ragu. Jadi ngaca dulu. 
[Photo by Rendiansyah Nugroho on Unsplash]
Akhirnya saya mengenakan hijab sebagai pengalaman baru. Beruntung, ibu membeli hijab model langsung pasang dengan pengait di belakang dan kerudung tsunami warna putih yang applicable untuk dipakai ke sekolah. Bahannya adem, menyerap keringat. Sayangnya, kerudung model begini sering meninggalkan noda kuning bekas keringat di bagian penahan rambut. Alhasil, ibu membeli kerudung baru dengan bahan yang lebih nyaman dan tahan sampai kelas 6 SD.
Kerudung tsunami atau bergo [Foto: Kios Baju Muslimah]
Tantangan berhijab datang kembali ketika kelas 2 SMP. Saat itu, saya menjadi murid pindahan di sebuah SMP Negeri di daerah Soposurung, Balige. Sekolah ini terletak di paling ujung komplek sekolah di Soposurung. Jalan menuju ke sekolah tersebut juga menanjak. Waktu itu adalah kali pertama lepas kerudung agar tak dicap macam-macam. Karena, ibu pernah beranggapan bahwa jangan terlalu ketat beragama, yang biasa saja, apalagi pakai kerudung. Alasan lain, walaupun sekolah negeri, tetapi mayoritas siswa beserta pengajar adalah non-muslim.

Sempat ada rasa minder karena terlalu nyaman berhijab, seperti ada rasa dilindungi dari Yang Maha Melindungi. Saat memasuki gerbang sekolah dan turun dari mobil, tak sengaja melihat ada kakak kelas 3 yang berkerudung putih sedang dalam barisan paduan suara. Ada rasa iri ingin cepat-cepat menutup bagian tubuh yang sudah ditetapkan sebagai aurat. Kebetulan, saat itu sedang Ramadhan, sehingga berharap semoga Yang Maha Mendengar peka pada hamba-Nya.
Hampir seminggu sekolah, saya gerah. Maklum, saya pecinta kebebasan saat melangkahkan kaki (jalan seperti laki-laki) dan duduk di kursi (gaya laki-laki). Rok yang saya kenakan sudah di bawah lutut. Sedangkan kelas yang di bawah kelas saya, ada kayu sedikit bolong yang sering dimanfaatkan oportunis.
Sekolah ini bangunannya seperti susunan tangga. 

Pada minggu berikutnya, saya langsung kenakan hijab tanpa peduli aturan tak tertulis “dilarang mengenakan hijab”. Eh memang ada? Ah lagi-lagi asumsi orang tua saya.
Ibu pun menghela nafas dan menuruti keinginan saya. Kemudian, belanja ke Pasar Balige untuk membeli kerudung khusus sekolah. Bahan kerudungnya memang agak panas, tapi panjang sampai menutupi dada. Modelnya hijab langsung pasang dengan tali karet belakang sebagai pengait. Praktis bagi yang suka tergesa-gesa ke sekolah. Sayangnya, mudah kusut jika tidak digantung atau dilipat.
Tak bosan menjadi murid pindahan. Akhirnya saya masuk lagi ke sekolah baru sebagai murid kelas 3 SMP. Sekolah ini terletak di kompleks sekolah di Sumenep dan dekat sekali dengan GOR. Sekolah ini sangat berbeda dari segi pengaturan seragam, salah satunya kerudung. Kerudung langsung disediakan sekolah dan ada tulisan nama sekolah ketika dilipat segitiga.
Contoh kerudung yang ada nama sekolah [Foto: Mahkotakonveksi].
Begitu pula ketika saya pindah lagi ke sebuah SMA di Bekasi sebagai murid kelas 2 IPA. Dengan kerudung dan bahan yang sama, kerudung jenis ini memberi kesan: panas, kaku, tapi cepat rapi jika disetrika. Sehingga, kerudung ini sering dimodifikasi seperti kerudung Masha and the Bear yang memperlihatkan poni rambut dan rambut dekat pelipis.
Lantas apa hikmah dibalik semua itu? Muslimah berhijab juga harus peduli dengan bahan kain dan kenyamanan saat digunakan. Apalagi kalau dipakai seharian. Pasti semua keringat, debu, kotoran rambut, dan noda berkumpul di kain hijab. Berhijab juga butuh usaha agar tetap mempertahankannya. Cara paling mudah adalah mengenakan hijab yang praktis, cepat rapi, tidak terawang, dan mudah diatur. Inilah salah satu rekomendasi saya untuk bahan hijab yang pas untuk muslimah.

Kerudung voal [Foto: dokumentasi pribadi].
  • Voal
Bahan kerudung voal adalah bahan kerudung yang banyak digunakan muslimah. Bahan ini nyaman digunakan saat aktivitas di siang hari karena adem, lembut, dan halus. Sehingga, banyak angin masuk ke dalam rambut. Lumayan kan rambutnya bisa napas dan anti-lepek.

Kerudung bahan voal anti-lepek dan bau [Foto: dokumentasi pribadi].
Selain itu, bahan kerudung voal tampak lebih rapi saat setelah dicuci. Cocok sekali bagi yang tidak sempat menyetrika.

Saat kerudung diremas sampai kecil [Foto: dokumentasi pribadi].
Saat kerudung dihamparkan [Foto: dokumentasi pribadi].
Kata voal sendiri, berasal dari bahasa Prancis: voile, juga merujuk pada kata veil dalam bahasa Inggris, yaitu kerudung. Kata voile sering disebut voal atau foal. Bahan kerudung voal mengandung 100% katun tipis. Tapi, memiliki kualitas premium dan tidak setipis kerudung paris.

Kerudung bahan voal tidak terawang, walaupun sebenarnya bersifat semi-transparan.
[Foto: dokumentasi pribadi].
Tak jarang, kerudung voal juga disebut “jilbab paris premium”. Kerudung bahan voal inilah yang kini menjadi tren dengan ciri khas printed hijab.
🌸February Collections🌸 . 🌾 INARA 🌾 . . Available in two size: . ✂ 120cm x 120cm, IDR 185,000 . ✂ 145cm x 145cm, IDR 235,000 . 💠 material : Voal (soft and firmed) . 💝FREE PRAYER BEADS (TASBIH) SPECIAL FOR THIS MONTH💝 . ♥We designed this hijab with love, exclusively for Shifa Sisters ♥We made it from Voal high quality material, soft, firmed, easy to apply and not transparant (Syar’i required) ♥It’s so comfortable for daily use . 🔜 So don’t miss our collection. 📝 For order, please contact: 📲 WA : 0895603022855 📲 line : @oas6850w (with ‘@’) . 👭 We are open for reseller . . Don’t forget to turn on your push notifications. . . #shifahijab #jilbab #hijab #hijabvoal #jilbabvoal #jilbabvoalsyari #hijabvoalsyari #jilbabprint #jilbabprintsyari #hijabprint #hijabprintsyari #voalmurah #voalsyarimurah #voalprinted #voalprintedsyari
A post shared by shifa • H I J A B (@shifa.hijab) on
Printed hijab oleh Shifa Hijab [Foto: @shifa.hijab / Instagram].
Salah satu hijab dari bahan kerudung voal yang populer ini adalah Shifa Hijab. Dengan misi “Bring you fashion and passion”, Shifa Hijab menjadi kerudung berkualitas pertama bagi saya yang simpel, dan modis. Dengan pola minimalis dan feminim, Shifa Hijab printed hijab ini selaras dengan prinsip modesty in hijab. Jadi, muslimah tidak perlu repot-repot menghabiskan waktu.
Akhirnya, jadi makin semangat buat berhijab! Terima kasih Shifa Hijab!

—–

Sumber dan bacaan menarik:

Global Business Guide Indonesia. 2016. Indonesia Aiming to be the Islamic Fashion Capital by 2020. http://www.gbgindonesia.com/en/manufacturing/article/2016/indonesia_aiming_to_be_the_islamic_fashion_capital_by_2020_11646.php
Mucci, Alberto. 2016. Inside the booming Muslim fashion industry. Aljazeera. https://www.aljazeera.com/indepth/features/2016/01/booming-muslim-fashion-industry-160124132747636.html
PrintTekstil.com. Cetak Kerudung Voal, Bahan Printed Scarf yang Lagi Trend Banget!. http://www.print-tekstil.com/2017/11/cetak-kerudung-voal-bahan-printed-scarf.html

Stone, Chelsea. 2016. A Muslim Blogger Designed a Line of Hijabs for All Skin Tones. Glamour. https://www.glamour.com/story/hijab-line-all-skin-tones?mbid=synd_yahoostyle
Yulistara, Arina. 2017. Mengenal Kerudung Voal yang Tren dan Jadi Favorit Hijabers Indonesia. Wolipop. https://m.detik.com/wolipop/read/2017/10/17/153504/3687912/1632/mengenal-kerudung-voal-yang-tren-dan-jadi-favorit-hijabers-indonesia
Yulistara, Arina. 2017. Video Review: Kerudung Voal dan Paris, Apa Bedanya? Wolipop. http://m.detik.com/wolipop/read/2017/11/02/091811/3710191/1632/video-review-kerudung-voal-dan-paris-apa-bedanya

4 Comments on “Tetap Semangat Berhijab, Jangan Kasih Kendor!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *