Dari Merapi
Empat tahun pasca erupsi Gunung Merapi, perlahan lumut mulai bertumbuh. Bunga-bunga edelweis dibudidayakan. Turis berdatangan untuk menyaksikan bukti sejarah kemegahan Gunung Merapi yang tak bisa ditandingkan.
Baru kali pertama itulah saya melihat langsung wujud bunga edelweis yang dijual oleh penduduk setempat. Sempat tak yakin apakah bunga tersebut asli bunga edelweis, saya cepat-cepat potret agar suatu saat bisa mencari informasi tentang bunga itu.
Beberapa tahun kemudian, rasa penasaran terhadap bunga edelweis mulai membuncah. Rupa-rupanya bunga ini adalah indikator seberapa “sehat” lingkungan alam sekitar gunung. Dalam arti, bunga edelweis merupakan faktor penentu seberapa seimbang interaksi manusia dengan alam, dan gambaran masa depan flora yang akan punah.
Bunga edelweis hanya bertahan dalam jangka waktu pendek, tak seperti bunga lain. Pasca bunga mekar, kelopak bunga akan terbang dan hilang seperti debu. Di beberapa artikel, justru di situlah letak keindahan bunga edelweis.
Ada-ada aja ya. Padahal cantik banget.
Tak hanya itu, bunga edelweis yang ada di negeri kita beda jauh dengan yang ada di pegunungan-pegunungan di Benua Eropa. Dari segi spesies, bunga edelweis yang kerap ditemukan pendaki di Bromo, Papandayan, Merapi, dsb adalah spesies Anaphalis javanica, yang berarti bunga edelweis yang tumbuh di daratan Pulau Jawa. Sedangkan Leontopodium nivale merupakan bunga edelweis yang tumbuh di daratan pegunungan Eropa. Misalnya Rumania, Austria, Bulgaria, Swiss, dan Slovenia.
Foto bunga edelweis yang saya ambil ketika berlibur di tahun 2014 juga menunjukkan ada rasa ngeri dan khawatir. Saat itu, abu vulkanik yang masih tersisa di sekitar tempat wisata, membuat saya harus sedia masker. Dalam cuaca terik, abu tersebut mudah beterbangan dan tak jarang terhempas ke mata hingga memerah. Kacamata sangat dibutuhkan agar terhindar dari kelilipan.
—
Tulisan ini adalah bentuk kontribusi dalam Challenge Post Komunitas Nulisyuk Angkatan 6.
Nice info karena saya baru tahu kalau bunga edelweiss merupakan indikator bahwa lingkungan itu baik. Keep writing! 🙂
Terima kasih atas apresiasinya kak. Lebih tepatnya, indikator keseimbangan alam 🙂
Seumur hidup belum pernah lihat edelwies, padahal pengen banget. Ayo bareng latih kepekaan, mna tw bsa daki ke merapi dan lhat edelwies. Makasih sharingnya. Salam, muthihauradotcom
Sama, saya juga pengen banget daki gunung dan lihat edelweis. Kita latih dulu kepekaan supaya pas daki lancar.
Terima kasih sudah berkunjung kak Muthi 🙂
Wah sama ini, saya seumur hidup belum pernah megang edelwies, padahal cita-cita terbesar adalah naik gunung, tapi nggak kesampaian 😀
Apalagi saya mbak, boro-boro mau naik gunung, izin ke ortu aja udah keburu dibilang ga boleh :')