Insekuritas dalam Berkarya (end)
Ada banyak media menulis yang digunakan penulis, salah satunya blogger. Bisa untuk menulis curhatan, pengalaman travel, atau berbisnis. Awalnya, blog menurut saya adalah untuk berbagi pengalaman (random), tapi lama kelamaan menjadi media komersial. Boleh sih, kalo blog berisi tulisan pribadi itu lumayan menjual, namun ada rasa insecure ketika mempublikasikannya. Salah satunya, takut dilacak.
Hm, ini sih agak creepy ya.
Atau, ditelusuri media sosialnya.
Wah lebih parah.
Atau ini deh, ide-idenya di-copy paste. Ini nih, yang paling ditakuti penulis dan blogger. Mau kontennya berkualitas sekalipun, tetap aja ada yang kreatif untuk membagi-ulang ke blog lain tanpa credit.
Rasa insecure ini, seperti yang telah diceritakan di post sebelumnya, sebenarnya juga menghambat kreatifitas loh. Cemas yang berbuah overthinking hanya akan menghasilkan energi negatif, mau menulis juga nggak bakal jadi.
Keuntungannya, rasa insecure ini akan membuat penulis dan blogger lebih berhati-hati dalam mempublikasikan tulisan, baik dengan cara screening dan edit yang sewajarnya (kalau berlebihan, tulisan bisa kurang greget gimana gitu).
Keuntungan lain, rasa ini akan membuat mereka agar lebih bersemangat dalam berkarya. Ehm, maksudnya kehati-hatian yang dikontrol bisa membuat ide alternatif, entah itu membuat cerita samaran (tapi pesannya dapet), tokoh fiktif, atau yang menurut mereka tulisan masih bisa diterima secara umum. Selain itu, bisa dijadikan bahan evaluasi jika mendapat masukan pembangun dari mas dan mbak pembaca.
Wah enak toh punya rasa insecure. Asal nggak berlebihan aja sih.
Tetap semangat berkarya!
Aku jg klo mau nulis hati2 takut ada yg tersinggung hehe
Iya banget mbak. Apalagi kalo kontennya agak provokatif. Jadi gimana gitu