Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Puisi curhatku pada Indonesia

I
Saat malamku tiba menusuk dingin,
aku tak pernah merasa kau ada
saat siang pun menjelang,
aku selalu tertawa;tenggelam
diantara teman-teman

Dan kini, aku hanya ditemani diriku dan kau saja;kau
yang menjadi benda kesayanganku,
kau yang tak pernah lepas dari hatiku….
namun suatu saat kita akan berpisah,
kawan sejatiku…

II
Aku pulang sekolah menyusuri jalan beraspal
melihat kota Sumenep pinggiran, aku berpikir
aku menghayal bahwa aku akan pergi
but I don’t wanna judge it
It just my think

Aku akan berdiri dan tinggal dinegeri penuh keindahan misteri ini..

III
Malam sunyi
berubah berisik saat Ignorance Paramore berbunyi
lalu berubah slow saat We are Broken Paramore berbunyi
namun aku keras, hatiku rindu pada nyanyian merdu,
nyanyian merdu Ramadhan,
dan
kakiku hanya bergoyang, saat nyamuk telah memangsa,
sedang hatiku merana,
karena aku menyesal meninggalkan Ramadhan dinegeriku ini…

IV
Ku tak tau dirimu, kawan
bila dia ada, dia mendekat,
namun bila aku ada, dia menjauh…
entah ikatan elektronnya terlalu kuat…
entah inti positifnya terlalu seimbang…
entah dia itu bermuatan positif, atau negatif
pun aku tak tau…
apa maksudnya?
dia ganggu aku setiap hari, setiap waktu, setiap jam, bahkan setiap bulan tak pernah putus?
apa maksudnya?
ketika kutanya mengapa dan kenapa
dia jawab nggak dan maaf. berlagak tak tahu, mengira paling bagak
apa maksudnya?
aku bukan menyindirnya,
namun itulah dia, sobatku.
mungkin kau takkan mengerti dia…

V
I just wanna sit down,
to think about all the fantastic dream but dim…
kesemuan yang indah, namun kekal abadi…
kau suguh aku pesonamu yang indah,
kau tampilkan ke aku temperamen yang unik,
bahkan,
aku tak pernah terkagum-kagum dengan lebay-nya…
sampai-sampai aku ingin mati dikubur saja dinegeri yang indah ini…
kau berikan aku sejumlah kenangan alam yang takkan kulupakan…
hingga masjid raksasa, sampai cemara udang Sumenep pun kau berikan…
seolah-olah kau tak terlindungi…
seolah-olah kau tak dipeduli…
padahal itulah keindahanmu dibalik misteri,
misteri mata dan hatiku (sejak aku lahir dinegeri ini)

VI
Mesti marahkah kami padamu wahai
kawanku dari serumpun sedarah?
satu sumber bahasa beda dialek?
tak mau tau kah kau sekarang bulan apa?
BULAN RAMADHAN YANG PENUH HIKMAT….
namun kau pancing emosi kami ini yang selalu sabar…
bahkan dirimu menangkap hati dan ruh orang, yang melindungi negeri kami?
tak lihatkah kau? kau manusia? kamipun juga manusia…
justru untuk apa kau puasa,
bila hawa nafsumu tak menahan untuk selalu
menghina,
mengejek,
mengambil sedikit tanah kami…?
apa negeri kami akan dijajah Belanda versi 2 lagi?
untuk apa kau menghina kami jika kau selalu merasa oke-oke aja alias sombong?
capee deh, kayaknya perlu diperbaiki oleh teknisi diplomat Allah
apabila diplomat manusia tak mampu membendung nasionalisme berlandas hawa nafsu?
mabete jhreya!

Mabete jhreya = bikin bete aja lo, Madura

Puisi ini buat ikutan lomba dari Manajemen Emosi tentang cuap-cuap alias blak-blakan tentang Indonesia. Oh! Namanya itu Blogger Cinta Indonesia.

8 Comments on “Puisi curhatku pada Indonesia”

  1. hhahahahahahaha…
    bingoeng mw komment aph,,,,
    tp bgoes n2h tjerita / poeisi / apalah,,, (bingoeng… toeing,, toeing,, toeing,,)

    keep spirit !!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *