Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Suasana para pengunjung di Pantai Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)

Menepis Ragu Sebelum Wabah COVID-19

BTS
cerita
foto
travel

Beberapa minggu sebelum bulan Maret, beranda linimasa media sosial saya dipenuhi konten berisi hari perempuan internasional. Hari perempuan internasional jatuh pada tanggal 8 Maret 2020, pas pada hari Minggu. Car free day. Liburan akhir pekan. Atau, solo travelling?

Sabtu malam, chat di salah satu grup Whatsapp saya ramai dengan ajakan “CFD yuk!” oleh dua teman lelaki. Saya pikir, wah momen pas ini, merayakan hari perempuan internasional dengan CFD, menonton International Woman Day (IWD) 2020, dan memotret suasana CFD sambil IWD-an.

“Oke deh, gue ikut yak,” begitu respon saya di grup tersebut.

“Sip, jam 7 on time di Stasiun Sudirman.”

Rasanya cukup senang! Mungkin karena biasanya ke CFD Jakarta hanya untuk keperluan khusus seperti workshop fotografi saja. Tapi ini memang untuk olahraga dan sekalian reunian. Boleh deh!

Sayangnya, saya tidur terlalu larut. Awalnya tidak begitu yakin sih bisa bangun pagi agar sampai Stasiun Sudirman jam 7 pagi. Apalagi jarak rumah dari Stasiun Bekasi sekitar 15-20 menit. Belum lagi sarapan pagi. Belum lagi menunggu KRL yang mungkin sampai setengah jam sendiri. Duh pusing!

Ya sudah deh, ketika bangun, badan saya menolak bangkit. Kayaknya magnet kasur benar-benar menenggelamkan saya ke mimpi tidur lagi. Kayaknya, tidak ikut CFD Jakarta atau menonton IWD 2020 juga tidak begitu berpengaruh… Toh acara hari perempuan internasional tidak sampai sore, anggap saya waktu itu. Tapi, akhirnya jam 8 pagi saya berangkat ke Stasiun Bekasi.

Perasaan saya campur aduk lantaran telat ikut CFD Jakarta, apalagi janji jam 7, ngaret 1 jam. Di kereta, saya amati para penumpang di gerbong perempuan. Santai. Saya baru ingat kalau waktu itu wabah COVID-19 sudah banyak diberitakan dan masuk ke Indonesia. Tetapi saat itu, masih sedikit pula aware soal ini.

Sebenarnya saya takut bepergian atau solo travelling di tengah wabah COVID-19. Apalagi saya juga sempat ngide mengajak dua teman saya ke daerah Jakarta Utara, tepatnya Cilincing dan Marunda untuk motret santai.

Saya ragu bahwa saya akan benar-benar sehat setelah jalan-jalan. Apalagi virus ini bertahan di udara, menular lewat cipratan batuk dan bersin, atau lewat medium yang memungkinkan si virus ini menginfeksi inang baru.

Belum lagi saya ragu kalau daerah Cilincing dan Marunda ini aman untuk solo travelling. Apalagi saya perempuan, rawan kena catcall, bahkan ditemani dua teman lelaki sekalipun, atau ditemani siapa pun. Saya jadi ragu.

Seorang anak di Rumah Si Pitung, Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)
Seorang anak di Rumah Si Pitung, Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)

Padahal, misi saya pergi tepat pada hari perempuan internasional itu untuk mendobrak batas travelling harus berbarengan, harus ditemani mahram (sorry to say), menepis ragu kalau fakta dan ekspektasi dalam perjalanan sering berbeda, dan lebih berani dalam memilih destinasi.

Solusinya, saya tenangkan diri lewat bacaan-bacaan mengenai lokasi yang dituju. Kalau di Marunda, destinasi wisata yang bisa disambangi Rumah Si Pitung, Masjid Al-Alam Marunda, dan Pantai Marunda.

Sedangkan di Cilincing, ada Kalibaru dan tempat pembelahan kapal. Daerah tersebut juga dilindungi pembatas laut supaya pesisirnya tidak kena erosi.

Setelah tenang, barulah saya chat salah seorang teman perempuan yang ada di grup tersebut. Ternyata, dua daerah tersebut aman dikunjungi dan ramah kamera.

Saya baru ingat kalau daerah sana menjadi destinasi favorit street photographer atau fotografer jalanan dan ramai tagar per-fotoan duniawi di Instagram.

Baca juga: Fotografi Jalanan di Kota Cirebon

Bahkan, di sana ada salah satu inisiatif kelas fotografi jurnalistik bagi anak-anak di Kalibaru seperti @kelaspesisir. Jadi tambah menarik kan?

Suasana para pengunjung di Pantai Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)
Suasana para pengunjung di Pantai Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)

Saya cari tahu informasi transportasi ke Marunda setelah bertemu dua teman lelaki tadi di sebuah kafe dekat Stasiun Sudirman. Sekitar jam 10 pagi, baru jalan. Kalau dihitung-hitung, tidak sempat juga ke Cilincing.

Ini rangkuman rangkaian perjalanannya

  • Mulai dari Stasiun Sudirman, naik KRL arah Stasiun Jakarta Kota.
  • Turun Stasiun Manggarai. Pindah jalur 3 atau 5 untuk naik KRL Stasiun Jakarta Kota.
  • Dari Stasiun Jakarta Kota, masuk ke Halte Busway/Trans Jakarta (TJ) Jakarta Kota, lewat jalur bawah tanah ya.
  • Naik TJ arah PIK/Balaikota, sampai Halte Pinang Ranti, langsung transit. Pindah bus, naik sampai arah Halte Pakin.
  • Di Halte Pakin, tunggu TJ arah Rumah Si Pitung dan Rusun Marunda.
Petunjuk ke arah Pantai Marunda yang berdekatan dengan sisi samping Masjid Al-Alam, Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)
Petunjuk ke arah Pantai Marunda yang berdekatan dengan sisi samping Masjid Al-Alam, Marunda, Jakarta Utara (8 Maret 2020). (Foto: Nadia K. Putri)

Sampai Rumah Si Pitung sekitar jam 3 sore. Dan rasanya berhasil banget bisa mengalahkan keraguan dan ketakutan. Tiba di Rumah Si Pitung, mampir salat di Masjid Al-Alam Marunda, dan melepas penat di Pantai Marunda sampai setengah 5 sore tanpa catcall dan bebas eksplorasi.

Ucapan “selamat hari perempuan internasional” yang ramai di media sosial baru berasa saat momen itu. Saya jadi sadar hak-hak perempuan selama bepergian itu penting, seperti rasa aman, mudah mengakses transportasi umum dan informasi, dan masih banyak lagi.

Beruntung, seminggu setelahnya, tepat 13 Maret 2020, muncul pengumuman tempat-tempat wisata di Jakarta tutup karena wabah virus COVID-19 seperti ini.

Dan peta persebaran wabah COVID-19 sampai pula ke daerah Jakarta Utara seperti ini. Foto ini saya unduh pada 13 Maret 2020. Untuk update lebih lengkapnya, cek di Peta Kasus COVID-19 di Jakarta lewat situs corona.jakarta.go.id.

Di satu sisi merasa bersyukur masih sempat merayakan hari perempuan internasional sambil solo travelling. Saya langsung mengkarantina diri dan #dirumahaja atau #stayathome sambil mengerjakan tugas-tugas WFH (work from home).

Semoga pandemi virus COVID-19 ini cepat pulih. Sehat-sehat semuanya! Yuk #dirumahaja bagi yang punya kesempatan 😊

Sumber:

2 Comments on “Menepis Ragu Sebelum Wabah COVID-19”

  1. Ih seru banget mbaaak. Pengen deh sesekali ikutan begituann. Stay safe ya! Anyway, kayaknya aku baru pertama kali deh main ke sini. Salam kenal ya! \(w)?

    • Halo kak! Terima kasih sudah berkunjung. Salam kenal juga yaa. Stay safe 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *