Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Unforgettable think di restoran fast food Bukittinggi

Yeahh, pikiran usang ini memang agak susah dilupakan. Sampai sekarang, masih lengket di otak. Lucu kali dan konyol. Serta ngeselini sedikitlah di sebuah restoran fast food di Bukittinggi.

Kejadian itu kira-kira sudah 8 tahun yang lalu, saat aku masih kecil. Waktu itu, keluargaku jalan-jalan pulang kampung ke Pariaman, lalu singgah sebentar ke Bukittinggi. Wah, waktu di Bukittinggi, pemandangannya kalah dengan Bukittinggi sekarang, panas (nggak juga sih). Semua keluarga ayahku, ngumpul di Bukittinggi semua, tepatnya di sebuah hotel yang homy.

Nah, keluargaku yang terdiri atas ayah, ibu, dan adik jalan-jalan sekalian silaturahmi ke rumah saudara dekat di sekitar kota Bukittinggi. Waktu itu, cuaca bagus, mendung iya tapi hujan tidak turun-turun. Kebetulan, saat itu sedang makan siang.

Kami makan di sebuah restoran fast food di Bukittinggi. Saat itu, aku dan adikku kelaparan banget. Saat kami sudah berada di ruangan restoran tersebut, ibu memesan menu ayam dan nasi serta kentang goreng khas restoran itu. Aku, ayah, dan adikku duduk di sebelah nomor tiga depan kiri. Nggak di pojok, ditengah-tengah. Nah! Itu dia yang kutunggu-tunggu!

Aku paling suka ngeliat bule, cowok atau cewek, karena mereka punya rambut aneh dan warna-warni. Kulitnya putih. Lalu, hidung mereka suka merah dan mancung. Apa suka bohong ya makanya mancung, begitu pikiranku. Hahah, ya sudah, lupain. Kebetulan, bulenya cowok, tinggi besar, badannya atletis (begitulah) dan…. Masya allah.

“Dia lahap sekali makannya! Cangok, cangok is rakus! Masa satu kotak ayam goreng nan gadang itu bisa habis dalam waktu yang bisa dibilang cepat. Duhh…”

 Duhh, aku melihatnya sampai bengong. Ini manusia atau manusia? Aku nggak henti-hentinya mengucapkan kata “bule” sampe ngos-ngosan karena tertawa dengan ayah dan adikku. Mengapa? Kami cuma ngeliatin bule yang kelaparan itu, dan ngucapin “bule” sampe beberapa kali, lalu, muncullah kata “bulek” yang artinya bulat dalam bahasa Padang. Wah apa maksudnya?

Karena hanya kami saja yang tertawa, orang-orang yang ada di restoran itu pasti keheranan. Nggak hanya pengunjung yang mengantri, bule itu pun mendengar perkataan kami. Waduh!

Dia datang dengan soknya. Petantang-petenteng bawa tas ransel, lalu bilang ke aku.

“Hei kamu! Kamu jangan mengejek saya ya!” katanya dengan berbahasa Indonesia yang masih kental bulenya.

“Walaupun saya bule, tapi saya sehat! Daripada ayahmu yang gendut tidak bisa apa-apa!” katanya dengan nada agak marah. Dan mengejek ayahku pastinya. Ya ampun! mentang-mentang bule badan atletis, ngejek bokap awak lagi! Hhh.  

Aku sih awalnya bengong aja. Dan tawa konyol tadi berhenti gara-gara bule tadi datang. Ayam goreng yang masih dipesan ibu, masih aja belum selesai-selesai. Dan hujan pun turun. Ayahku jadi minder gara-gara dibilang gendut.

Oh ya? Mentang-mentang gendut, ayahku jago karate lohh! Sok atuh, sok amat jadi manusia! Seluruh pengunjung yang ada di restoran fast food itu terdiam seribu bahasa. Melihat anak kecil sepertiku dan adikku ditegur habis-habisan oleh bule yang udah dewasa. Kesannya mendidik. Tapi, kalo aku buat lucu-lucuan seru juga.

Akhirnya, bule itu pergi. Orang-orang menatapku cuek, lebih mengurusi makanan lezat mereka. Ayam goreng yang dipesan ibu pun datang, aku juga jadi nggak selera makan.

Baca juga: Mulesnya Perut…

Pernyataan bule tadi, yang gendut itu!! Itu sangat rasis! Karena, di dunia ini badannya nggak cuma kayak dia! Malah ada yang gemuk abis! Tapi berprestasi kok!

Ibu yang datang ke meja yang kami duduki itu, senyam-senyum melihatku menderita. Memang, suaraku paling besar saat mengucapkan kata “bule”. Hmmm, contoh yang baik sekali.  

Itulah, yang nggak aku lupakan. Mungkin itu rasis bagi ayah dan orang gendut sedunia. Karena, mereka kadang nggak mau dibilang gendut, atau malah dibilang overweight. Bagi orang gendut juga sepertiku dulu, cukup membuatku sakit hati! (halah…). Itulah masa sakit hati pertamaku. Ditegur bule.

Baca juga: Nafsu Makan Hilang saat Liburan

Sebenernya, niatku bukan mengejek bule. Hanya pengen kenalan sama bule dan pengen nanya kok makannya cangok sekali. Itu aja, lantaran nggak bisa cas-cis-cus bahasa Inggris. Itupun yang bisa ngomong bahasa Inggris cuma ayah. Selebihnya, tunggu generasi ayah yang lain. Hehehe.

Akibatnya, sudah berimbas ke aku, gara-gara lucu-lucuan yang mungkin dianggap orang kurang kerjaan di restoran fast food di Bukittinggi.  

Hmm. anak kecil-anak kecil.

2 Comments on “Unforgettable think di restoran fast food Bukittinggi”

  1. Pingback: 4 Lokasi untuk Short Trip ke Palembang - Nadia K. Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *