Nadia K. Putri

Karena semua cerita punya hatinya. Cerita soal di balik layar

Waspada Ekspektasi saat Hunting Foto

“Eh hunting foto yuk?”
“Yuk yuk, kemana?”
“Ke tempat A aja”
“Ah jangan, spot-nya jelek. Ke tempat B aja”.
Ketika sampai di lokasi.
“Apaan nih. Gue sama sekali ga bisa foto-foto”
“Yah gue cuma bisa observe doang. Sikon-nya gak pas!”
Pasti sering mengalami kejadian-kejadian di atas. Nggak jarang, hunting foto yang awalnya seru malah menjadi sia-sia karena menghabiskan tenaga, waktu dan uang.
Loh, tapi kan udah riset tempat juga.
Belum tentu menjamin. Setiap fotografer punya pandangan sendiri untuk memotret, masing-masing unik dan nggak akan pernah mau ngasih tau di mana spot terbaik. Kecuali fotografernya baik, sopan, ramah, dan manis sih.  
Biasanya, fotografer yang terlanjur girang untuk hunting selalu optimis dan membawa diri asyik aja. Nggak selalu juga sih. Ada juga yang terpaksa hunting karena yang penting stok foto ada atau bisa ikutan nge-hits tanpa fokus gambar yang berarti. Untuk beberapa fotografer, hal itu juga belum jadi jaminan. Bisa saja tempat hunting foto cukup berbahaya dan menantang nyawa meskipun hasil foto luar biasa.
Tapi ada kunci penting supaya nggak kecewa duluan.
Riset yang sungguh-sungguh dan kurangi ekspektasi berlebih.
Hampir semua fotografer, baik pemula maupun menengah, akan melakukan riset tempat, situasi dan kondisi, jarak tempuh, bahkan hal-hal detil sampai ke harga tiket masuk dan keamanan untuk berfoto. Jika riset telah dilakukan, harus segera hunting tanpa tunggu-tunggu besok. Karena berhubungan dengan mood, atau cuaca yang siapa tau bagus di hari itu juga.
Riset tempat
Jangan terlalu percaya keyword mainstream di Google, itu menjebak sekali gan! Contohnya, “tempat-tempat hunting foto menarik” dan akan keluar hasil “tempat A cocok untuk foto keluarga, tempat B bagus untuk fotoin gajah”. Perlu diketahui, semua foto yang tertera dalam website terkait belum di-update ke foto terbaru. Selain itu, foto-fotonya juga kurang meyakinkan, entah itu editan atau hasil comotan website lain. Lebih baik, telusuri hashtag dan lokasi via Instagram, atau gunakan keyword spesifik ala Google supaya hasil pencarian lebih maksimal.
Riset tempat 2
Hampir sama dengan poin di atas, bagian ini lanjutan dari riset tempat. Riset tempat ini berupa jarak tempuh dan cara mencapai lokasi. Mudah saja dilakukan dengan bantuan pencarian Google Maps atau website-website yang menyediakan informasi jalur transportasi umum. Selain itu, bisa juga cek jarak tempuh dan biaya di akun transportasi online masing-masing. Lumayan banget bisa menghemat biaya perjalanan dan menghemat waktu tanpa ngeluh “hunting foto tuh boros duit dan bakal ngabisin waktu banyak di jalanan macet”.
Riset tempat 3
Situasi dan kondisi (sikon) tempat hunting. Serius, saya sendiri mengalami hal ini karena nggak detil memperhatikan sikon tempat hunting. 

Misalnya, jika mengunjungi sebuah pasar yang berdekatan dengan tempat ibadah:
– Seperti apa sih keramaiannya?
– Jalannya kecil dan sering dilewati motor, bajaj, atau becak nggak?
– Kalo gue ngeluarin kamera atau smartphone, bakal jadi perhatian orang gak ya?
– Cocoknya jam berapa ke pasar untuk hunting foto?
– dan sebagainya.
Sumber kasus: Daerah pasar dan Klenteng Jin De Yuan, Jl. Pinangsia, Glodok, Jakarta Barat.
Mengunjungi sebuah pelabuhan besar:
– Gue tahan gak ya kena debu dan asap mobil kontainer?
– Gue tahan gak kena sengatan matahari tanpa pohon rindang nan hijau?
– Kapal tongkang di sana sebagus dan seunik apa ya? Bisa gue bikin kapal kertas koran sendiri gak ya?
– Petugasnya ramah buat ditanya-tanyain nggak?
– Pekerja angkut barang di sana bakal suka ngisengin atau ngelempar kamera gue ke laut nggak ya?
– dan sebagainya.
Sumber kasus: Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.
Kurang memperhatikan sikon hanya akan membuat fotografer diam aja, nyesal pergi jauh-jauh, atau sekedar observasi dan berjanji nggak ke tempat itu lagi.
Sampai di tempat hunting, perlu diperhatikan bahwa apa yang ada di internet belum tentu sebagus realitanya. Mengurangi ekspektasi sebelum sampai di tempat hunting akan mengurangi sedikit rasa kecewa dan menghindari marah-marah jika objek yang dipotret tidak sesuai ide atau gambar di internet. Ekspektasi bisa dilakukan jika objek yang ada di tempat bisa dikreasikan melalui sudut pandang atau angle tertentu. Selain itu, bisa dikreasikan dengan proses edit dengan menambahkan fitur tertentu, misalnya filter hitam putih, menaikkan saturasi, menaikkan tingkat kontras dan sebagainya.
Kalau gue udah terlanjur kecewa gimana?
Segera pulang sebelum bete duluan. Nggak sih. Rencanakan tempat lain yang lebih dekat dan punya objek menarik. Sebenarnya ini butuh keterampilan khusus dan kesabaran luar biasa sih. Butuh jam terbang hunting foto yang tinggi supaya bisa mengelola rasa emosi dan kekecewaan lebih bijak lagi.
Bagi fotografer tingkat menengah ke profesional, mengontrol emosi dan mengembangkan ide adalah keterampilan yang harus terus diasah. Jangan nyerah, itu kunci supaya stok foto selalu tersedia tanpa gangguan perubahan mood serta alasan-alasan lain. Terlebih, fotografer yang nekat terjun ke situs-situs portofolio tingkat global, misalnya Shutterstock, iStock, Behance, dan sebagainya.
Belajar dari feeds fotografer profesional di Instagram, juga sangat membantu menghidupkan ide-ide dan mengembangkan kreatifitas. Sumber foto keren dan bercerita sangat berlimpah di Instagram, Behance, bahkan Pinterest. Asal, ikuti akun-akun yang positif. Bukan akun yang memiliki foto-foto asal dengan deskripsi yang ngaco.

5 Comments on “Waspada Ekspektasi saat Hunting Foto”

  1. Kebetulan saya penggemar fotografi jalanan, jadi ketika berangkat untuk hunting foto, saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa. Saya menyerahkan kepada nasib, dan tentunya kejelian mata untuk menemukan obyek menarik di jalanan.

    Saya juga tidak melakukan riset.

    Apalagi saya berpandangan bahwa yang membuat foto menjadi indah terletak di dalam diri si fotografer sendiri, yaitu dalam sesuatu bernama kreatifitas.

  2. Wah kak. Aku baru ngeh nih kalau ada detail-detail yang harus kita perhatikan macam gitu. Soal kenyamanan antar kedua belah pihak ini kunci banget ya ternyata.

    Iya sih, ngerasa banget kalau lagi di tempat umum trus kita main foto-foto itu suka dilihatin gitu sm orang-orang. Karena ga riset dulu. Jadi cuma beberapa kali jepret, hp masuk kantong lagi. Wakakak.

    Kalau aku kebanyakan spontan. Kalau secara pandanganku bagus, ya jepret. Kalau biasa aja, ya engga. Gitu. Wkwk

  3. Iya pas diliatin orang-orang beneran ga enak banget…

    Dulu juga kalo ada yang bagus, langsung jepret kak. Tapi lama-lama kok.. semua pemandangan jadi bagus. Sekalinya bagus eh cepat banget terlewatkan huhu.

  4. Pingback: Terowongan Kendal Berubah, Yuk Naik MRT Jakarta! - Nadia K. Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *